materi bab 2 kelas 7

Nusantara sejak zaman Prasejarah merupakan kawasan yang terdiri atas ribuan pulau. Letaknya diapit oleh Benua Asia dan Australia serat Samudera Hindia – Pasifik. Kepulauan ini sekarang lebih dikenal berdasarkan letak geografis tersebut Indonesia yang merupakan daerah khatulistiwa, dilintasi embusan angina musim Indo – Australia.

Adanya dua musim, yaitu musim penghujan dan kemarau, menyebabkan penduduk Indonesia dalam menjalankan kehidupannya selalu beradaptasi dengan alam. Silih bergantinya kedua musim tersebut mengakibatkan masyarakat biasa hidup berpindah – pindah sejak dahulu. Mulai dari berpindah tempat tinggal hingga berpindah kegiatan, seperti kegiatan bertani, berkebun, membuat kerajinan,bertukang, berburu,mencari ikan, berdagang dan kegiatan lainnya yang disesuaikan dengan perubahan musim saat itu.

Kegiatan membuat kerajinan berhubungan dengan aktivitas pembuatan benda – benda kebutuhan hidup. Benda – benda tersebut sangat dibutuhkan oleh manusia untuk memeprmudah dan mempercepat produktivitas kerja. Sejak dahulu rakyat Indonesia telah menggunakan produk kerajinan sebagai alat memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari, mulai dari pakaian hingga kebutuhan ritual budaya. Semakin berkembangnya zaman, kebutuhan akan benda – benda atau perkakas berkembang, tidak hanya sebatas benda fungsional saja akan tetapi perkakas pun dibuat dengan diperhalus dan diperindah, baik dari segi penampilannya, ukurannya maupun hiasannya. Pada akhirnya masyarakat memproduksi kerajinan perkakas atau alat – alat tidak hanya sebagai benda kebutuhan hidup sehari – hari, namun juga sebagai benda hiasan.

Bangsa Indonesia memiliki kekayaan dan keindahan alam serta budaya karena anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Bahan baku kerajinan banyak sekali tersedia di bumi Indonesia. Kekayaan alam dan budaya Indonesia merupakan modal munculnya keberagaman motif, bentuk, bahan serta teknik pada karya kerajinan Indonesia. budaya Indonesia yang unik dan memiliki ciri khas kedaerahan menjadi acuan yang dapat menjadi inspirasi dalam mengolah sumber daya tersebut sebagai produk kerajinan yang bernilai ekonomis. berdasarkan perkembangannya kerajinan sangat dipengaruhi oleh budaya luar sehingga dihasilkan bentuk dan corak produk yang beraneka ragam untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang juga beraneka ragam.

Banyak kerajinan Indonesia yang telah dikenal di mancanegara. Contohnya batik. Batik merupakan salah satu kekayaan bangsa Indonesia yang tersebar ke seluruh pelosok negeri. batik menjadi kebanggaan Indonesia di dunia internasional sebagai warisan budaya nenek moyang yang patut dilestarikan, dipelajari dan terus dikembangkan oleh setiap generasi Indonesia.

pada generasi muda, kepedulian dan kepekaan terhadap budaya Indonesia perlu ditanamkan sejak dini. kelestarian budaya Indonesia ke depan tantangannya cukup berat. budaya yang telah mengakar di Indonesia lama – kelamaan akan pudar jika tidak diimbangi dengan pemahaman dan kesadaran akan rasa cinta terhadap tanah air. Oleh sebab itu, sangat dibutuhkan usaha dan kreativitas kita untuk memperbaiki kondisi tersebut menjadi lebih baik. Pengetahuan dan pemahaman tentang budaya, lingkungan hidup serta khasanah kerajinan Indonesia perlu dipelajari lebih dalam agar tidak tererosi akibat kemajuan jaman.     

A.    Fungsi dan Prinsip Kerajinan Tekstil.

Kerajinan merupakan bagian dari seni rupa terapan yang diartikan sebagai proses produksi yang melibatkan keterampilan manual dalam membuat benda – benda kebutuhan hidup yang dirancang untuk tujuan fungsional (kegunaan) serta memiliki nilai keindahan. Produk kerajinan dibuat tentunya memiliki tujuan. selain untuk menghias dan kegunaan praktis, produk kerajinan tekstil dibuat untuk berbagai tujuan.  

Dibawah ini diuraikan berbagai tujuan dari produk kerajinan tekstil.

a.      Fungsi Penghias.

Kerajinan yang dibuat semata – mata sebagai hiasan pada suatu benda atau sebagai pajangan suatu ruang dan tidak memiliki makna tertentu selain menghias. Contohnya hiasan dinding.

b.      Fungsi Benda Pakai.

Kerajinan yang dibuat berdasarkan tujuan untuk digunakan sebagai kebutuhan sehari – hari. Contohnya busana, tas dan aksesoris.

c.       Fungsi Kelengkapan Ritual.

Kerajinan yang mengandung symbol – symbol tertentu dan berfungsi sebagai benda magis berkaitan dengan kepercayaan dan spiritual. Contohnya Ulos. kain tenun tersebut yang dikenakan saat upacara pernikahan, pemakaman dan pesta adat lainnya.

d.      Fungsi Simbolik.

Kerajinan tekstil tradisional selain sebagai hiasan juga berfungsi melambangkan hal tertentu yang berhubungan dengan nilai spiritual. Contohnya tapestry, tenun dan batik yang dibuat dengan motif simbolik.

Selain itu, kerajinan tekstil yang bertujuan sebagai fungsi hias dan fungsi pakai sama – sama memiliki nilai ekonomis. Kerajinan itu sendiri dapat menambah nilai jual suatu produk.

Adapun prinsip kerajinan fungsi hias dan fungsi pakai, adalah sebagai berikut :

1.      Keunikan Bahan Kerajinan.

Sumber daya alam Indonesia yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar kerajinan tersedia sangat berlimpah. setiap permukaan bumi memiliki ciri sumber daya alam yang berbeda satu sama lainnya. Contohnya laut. Sumber daya alam yang dihasilkan laut berupa bebatuan, cangkang kerang, sisik ikan, tulang ikan dan tumbuhan laut. Sedangkan darat memiliki kekayaan alam diantaranya kayu, logam, bebatuan, tanah liat, tumbuhan (serat) dan masih banyak lagi.

Bahan dasar yang digunakan sebagai kerajinan dapat berasal dari bahan alam bahan buatan, bahan limbah organic dan bahan limbah an organic. Semua bahan dapat diperoleh dari alam maupun diolah sendiri bahkan hingga memanfaatkan bahan limbah yang ada di lingkungan sekitar. Seorang perajin hanya memerlukan kreatifitas dan ketekunan untuk dapat menciptakan sebuah produk kerajinan yang dapat dinikmati banyak orang dan bernilai jual.

Indonesia yang memiliki kekayaan alam yang beraneka ragam, memberi inspirasi bagi perajin Indonesia untuk memanfaatkan bahan alam sebagai media atau bahan berkreasi. Kreativitas para perajin dan seniman sejak jaman pra sejarah hingga kini dari generasi ke generasi dikerjakan secara turun temurun hingga melahirkan karya kerajinan yang bersifat kedaerahan yang lazim disebut dengan istilah seni tradisional. Setiap daerah memiliki ciri khas yang unik dan menarik sebagai identitas daerah setempat sesuai dengan bahan dasar kerajinan yang terkandung pada setiap daerah.

Semua macam bahan dasar untuk memproduksi kerajinan yang telah disebutkan di atas, dapat digunakan sebagai kerajinan fungsi hias dan fungsi pakai. Dalam mengolah bahan dasar kerajinan fungsi hias diperlukan sebuah teknik yang sesuai dengan karakteristik bahan dasar yang digunakan dan tujuan dari pembuatan produk kerajinan. Tentunya banyak teknik yang digunakan untuk bekerja dalam membuat kerajinan fungsi hias ataupun fungsi pakai. Masing – masing teknik memiliki kekhasan sesuai dengan karakteristik bahan dasar yang digunakan. Teknik pengerjaan sebuah kerajinan pun dipengaruhi oleh alat yang dipakainya. Sebuah alat dapat mempercepat dan mempermudah produksi kerajinan. Peralatan yang digunakan juga bergantung pada kebutuhan penggunaan teknik tersebut. Teknik yang digunakan diantaranya adalah teknik jahit untuk tekstil menggunakan alat mesin jahit, teknik ukir untuk kayu menggunakan alat pahat, teknik rajut untukserat menggunakan alat hakpen, teknik sulam untuk serat dan pita menggunakan jarum dan lain – lain. Namun ada teknik yang tidak menggunakan alat melainkan cukup hanya menggunakan tangan saja contohnya : teknik lipat untuk origami dan lain – lain.

Di bawah ini diperlihatkan berbagai alat untuk berbagai teknik yang digunakan dalam berkarya kerajinan, diantaranya :

1.      Canting untuk membatik.

2.      Alat tenun ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) untuk teknik tenun pada serat.

Selain itu, masih banyak lagi yang dapat dipelajari sendiri sesuai dengan kekhasan masing – masing daerah. Oleh sebab itu, kita harus mengenal berbagai teknik dan alat yang digunakan sesuai dengan bahan dasar yang digunakan.

2.      Keterampilan Tangan.

Dalam sejarahnya, istilah “Ketukangan” (Keahlian tukang) atau perajin, dahulunya merupakan proses kerja para tukang berkembang menjadi “kekriyaan” (Craftmanship). Pada awalnya, pekerjaan yang dilakukan dengan tubuh dan tangan tanpa dibekali ilmu desain. Ini semakin lama semakin berkembang menjadi kerja yang bersifat canggih, bahkan dapat melebihi seorang seniman atau desainer. Ketukangan atau perajin tidak terbatas pada keterampilan kerja tangan. Meskipun demikian, kita tetap melihat bahwa keahlian tukang atau perajin merupakan keterampilan campuran antara berbagai jenis kerja tetapi tetap dengan dasar kesadaran material.

Kesadaran material (material Consciousness) adalah kesadaran bekerja melalui dan dengan peralatan yang ada pada kita. Dengan kata lain, kesadaran seorang perajin untuk menghasilkan sesuatu yang berkualitas disertai kepekaan terhadap apa yang terpaut dengan perkakas itu. artinya kepekaan terhadap tenaga manusia, bahan, alat, lingkungan alam, lingkungan sosial dan sebagainya.

Seorang yang bekerja membuat produk – produk kerajinan umumnya disebut perajin. Perajin yang telah disebutkan diatas adalah seorang professional yang bekerja secara konsisten berkualitas tinggi dalam menciptakan sebuah produk. dalam hal ini sangat dibutuhkan keterampilan tangan dalam mengerjakan pekerjaan manual yang bersifat praktik, seperti halnya seorang mekanik. Teknologi hanya digunakan sebagai pendekatan yang membuat kerja lebih efisien, misalnya dengan alat – alat bantu kerja. namun, tidak semata – mata semua pekerjaan kerajinan tekstil dapat dikerjakan dengan bantuan alat, meskipun dengan maksud agar dihasilkan produk kerajinan dengan jumlah banyak.Misalnya, batik tulis yang sepenuhnya dikerjakan secara manual.

Sebagai perajin dalam membuat produk kerajinan pada umumnya satu konsep karya yang dapat diproduksi lebih dari satu produk. Banyaknya produk yang dibuat menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Penggarapan produk tersebut dapat dikerjakan oleh beberapa orang atau beberapa tenaga kerja. Sebagai contoh dalam memproduksi kerajinan batik dapat dikerjakan oleh beberapa tenaga kerja melalui pembagian kerja sesuai dengan bidangnya masing – masing, yaitu ada tenaga bagian membatik, mewarna,melorot dan melakukan finishing. Oleh karena itu, dapat dikatakan seorang perajin membutuhkan orang lain yang memiliki keahlian di bidang masing – masing. Dengan demikian, dari proses tersebut dihasilkanlah produk kerajinan tekstil yang baik dan layak dipasarkan. hasil karya kerajinan memiliki ciri khas yang unik dan menarik.  

3.      Unsur Estetik.

Kegiatan membuat kerajinan berawal dari dorongan kebutuhan manusia untukmembuat alat atau barang yang diperlukan dalam kehidupan sehari – hari. Kerajinan sebagai karya fungsional tidak cukup hanya memenuhi aspek fungsi saja melainkan memerlukan sentuhan keindahan untuk meningkatkan kualitas dan nilai ekonomisnya.

Nilai estetik dalam karya kerajinan fungsi hias dan fungsi pakai dilihat dari aspek bentuk, warna ragam hias dan komposisi. dari segi bentuk disuguhkan keberanekaragaman bentuk sesuai fungsi yaitu sebagai produk hiasan, baik bentuk dua atau tiga dimensi. Produk kerajinan tapestry dibentuk berdasarkan pada proporsi, komposisi,keseimbangan dan kesatuan,irama serta pusat perhatian, sehingga dihasilkan produk kerajinan yang harmonis. fungsi warna sebagai penunjang keindahan dan juga sebagai perlambangan. Adanya unsur estetik pada karya kerajinan dapat meningkatkan citra produk kerajinan tersebut.

4.      Unsur Hiasan (Ornament).

Unsur hiasan (ornament) adalah unsur dekorasi yang dibuat dengan berbagai cara diantaranya, dilukis, diukir dan dicetak. Ada dua jenis cara penerapan unsur hiasan pada produk kerajinan, yaitu ;

a.       Hiasan pada permukaan Produk, yaitu hiasan yang dibuat setelah produk kerajinan selesai dibuat.

b.      Hiasan terstruktur yaitu pembuatan hiasan dibentuk sejak awal kerajinan dibuat sehingga menyatu dengan produk itu sendiri.

Ragam hias merupakan identitas suatu daerah yang memiliki keunikan dan karakteristik yang berbeda dari daerah satu dengan lainnya. Ragam hias daerah diaplikasikan pada bermacam- macam benda, seperti kain, ukiran pada rumah dan perabotan rumah tangga, senjata tradisional, alat music tradisional,busana daerah, serta asesoris dan perhiasan.

Unsur hiasan yang terdapat pada ragam hias setiap produk kerajinan tekstil memiliki nilai tradisi yang begitu kental. Inilah yang memperkaya khazanah kerajinan Indonesia sejak dahulu hingga sekarang. Kerajinan Indonesia memiliki ciri khas yang tidak dapat disamakan dengan negara – negara lainnya.

Ragam hias memiliki makna simbolik, sehingga perajin perlu memahami tujuan dari pembuatan produk kerajinan dan memaknaia ragam hias yang terkandung pada produk kerajinan tersebut. Namun ragam hias dapat dimodifikasi menjadi berbagai bentuk pengembangan atau penyederhanaan. Hal ini dilakukan untuk memperkaya produk sebagai bagian dari kerajinan inovatif.

Ragam hias yang ditampilkan pada sebuah produk kerajinan tekstil bertujuan untuk keindahan dan keunikan. Oleh karena itu, produk kerajinan fungsi hias maupun fungsi pakai sama – sama membutuhkan unsur hiasan sebagaai sentuhan pada produknya. Untuk kerajinan fungsi hias maupun fungsi pakai, makna keberadaan ragam hias pada produk sama – sama untuk mendekorasi sebuah benda agar lebih terlihat artistic. dalam penerapan pengaturan posisi dan banyak atau sedikitnya ragam hias pada produk kerajinan dapat dilakukan dengan menyesuaikan tujuan dan desain yang dibuat.

B.     Jenis dan Karakteristik Kerajinan Tekstil.

Jenis rancangan sebuah kerajinan tekstil dapat diwujudkan dalam kesatuan bahan dan teknik. Sebelum menentukan sebuah kerajinan, kita harus mengetahui jenis dan karakteristik dari kerajinan tekstil. Rancangan dalam pembuatan kerajinan tekstil juga perlu diperhatikan yaitu berupa cara menentukan susunan dari garis, bentuk,warna dan tekstur.

Dalam mendapatkan suatu produk kerajinan tekstil yang baik memerlukan sebuah perencanaan yang didalamnya terdapat kesatuan antara bahan yang digunakan dengan fungsi serta jenis benda yang dibuat, kerumitan dalam pengerjaannya yaitu perpaduan yang seimbang, berlawanan atau saling bertentangan yang menghasilakan nilai estetis pada benda tersebut.

Di bawah ini terdapat dua macam teknik dalam pembuatan kerajinan tekstil, yaitu :

a.      Structural Technic.

structural adalah susunan dari garis, bentuk, warna dan tekstur dari suatu kerajinan tekstil yang dibentuk dari bahan yang dijalin sesuai teknik pembuatannya. Misalnya tas yang dibuat dengan teknik rajut.

b.      Decorative Technic.

Decorative (Garnitur) adalah sentuhan / perlakuan yang diberikan pada permukaan busana yang memberikan efek visual dan memperindah penampilan. Misalnya tas kain katun yang dijahit, lalu diberi hiasan dengan sulam pita.

Pembuatan produk kerajinan tekstil yang dilakukan dengan kedua teknik ini memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lainnya. Karakteristik Structural Technic memiliki kecenderungan lebih klasik, unik, rumit dan detail. Karena bentuk kerajinan tekstil yang dibuat dibentuk langsung saat membuat. Sedangkan Decorative Technic memiliki kecenderungan hanya menghias permukaan sebuah benda. Meskipun demikian, decorative Technic memiliki unsur kekuatan memperindah sebuah benda menjadi lebih menarik dan anggun disbanding sebelumnya. Oleh karena itu, setelah memahami teknik, perajin kerajinan tekstil harus membuat rancangan produk, menyiapkan bahan dan alat serta langkah kerja pembuatan produk kerajinan tekstil sesuai keinginan.

C.    Proses Produksi Kerajinan Tekstil.

Kerajinan tekstil sebagai fungsi hias dibuat dengan tujuan sebagai berikut :  

1.      Untuk Memenuhi Kebutuhan.

Perajin telah mempertimbangkan tujuan dari pembuatan produk kerajinan tekstil fungsi hias yaitu untuk penghias. Sementara produk kerajinan tekstil fungsi pakai digunakan sesuai kebutuhan. Contoh hiasan dinding, fesyen, aksesoris dan elemen estetis interior.

2.      Kerajinan Tekstil Hasil Pengembangan.

Kerajinan tekstil dengan fungsi hias dapat pula dibuat dengan memodifikasi bahan dan teknik. Para perajin terkadang membuat inovasi pada produk kerajinan mereka yang dinilai telah using atau membosankan. salah satu cara yang dilakukan dengan menambahkan hiasan pada sebagian karya agar terlihat lebih unik dan menarik. Misalnya dengan memadupadankan bahan dasar yang berbeda tekstur atau teknik pembuatannya,namun pada akhirnya menjadi satu kesatuan produk. Cara seperti ini dinilai berhasil untuk dapat meningkatkan daya tarik dan nilai jual produk yang dimaksud.

1.      Tapestri.

Para ahli antropologi menyatakan bahwa kegiatan menenun sudah ada sejak 500 SM, terutama di daerah Mesopotamia dan Mesir. Selanjutnya menyebar ke Eropa dan Asia, terutama India, Turki dan Cina. Oleh sebab itu, wilayah itu sejak dahulu telah dikenal sebagai penghasil permadani yang mendunia, baik dikerjakan dengan manual keterampilan tangan maupun dengan mesin.

Saat kita menjelajah Indonesia, terungkap banyak kekayaan tenun menenun, dengan aneka ragam teknik dan prosesnya, serta ragam hias yang beraneka ragam. Tenun yang menggunakan alat tenun seperti gedogan ataupun ATBM (Alat Tenun bukan Mesin), dalam pembuatan hiasan tenun serat ini pun mengikuti kebiasaan dalam pembuatan tenun pada umumnya.

Menenun bagi orang Indonesia merupakan suatu perwujudan upacara yang dimulai dari tahapan kerja yang jelas, tata tertib yang harus dipatuhi dan menjelma menjadi suatu kebiasaan. Adat istiadat, agama dan lingkungan telah mempengaruhi para penenun dalam mengungkapkan jiwa pada selebar kain hasil tenunan mereka. Demikian pula pada pembuatan hiasan tenun serat. dari proses tersebut terciptalah hiasan tenun serat yang indah, menawan dan memiliki harmonisasi dari warna dan tekstur.

a.      Bahan Pembuatan Hiasan Tapestri.

Bahan yang digunakan untuk membuat hiasan tapestry sebagai berikut :

1.      Benang tipis untuk lungsi : benang katun atau nilon tipis.

2.      Benang tebal untuk pakan : benang katun atau nilon tebal.

b.      Alat Pembuat Hiasan Tapestri.

Alat yang digunakan dalam pembuatan hiasan tapestry sebagai berikut :

1.      Kayu spanram yang diberi paku untuk benang lungsi.

2.      Batang Kayu.

Bentuk batang kayu menyerupai sumpit sebagai pengikat benang pakan yang berjalan. Dalam tenun atau anyam memiliki dua susunan benang yaitu benang lungsi yang dirakit sebagai dasar bidang tenunan atau anyaman dan pakan sebagai pembuat warna atau motif terstruktur.

c.       Proses Pembuatan Tapestri.

Pada tahap proses pembuatan kali ini disajikan pembuatan hiasan tenun sederhana.

2.      Batik.

Sejak masa lalu Indonesia telah menggunakan produk batik sebagai alat memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari mulai dari pakaian hingga kebutuhan ritual budaya.  Dalam sejarahnya, secara magis pemilihan teknik rintang warna (resist dyeing) pada batik ditujukan untuk mengundang keterlibatan roh pelindung guna menolak pengaruh roh jahat. Para ahli meneliti berdasarkan lukisan – lukisan yang ada pada dinding goa – goa di Indonesia. Kegiatan merintang warna ini sudah dilakukan oleh manusia purba. Gambar yang paling sering muncul adalah gambar tapak tangan yang dibubuhi pigmen merah. Jadi, dapat digambarkan bahwa teknik perintangan warna pada pembuatan kain batik ini dipengaruhi oleh konsep kepercayaan.

Dari teknik perintang warna tersebut, sejak dahulu pula masyarakat Indonesia telah mengenal kain jumputan atau ikat pelangi atau sasirangan atau iket celup (tie dye). Dalam perkembangannya, batik menjadi kegiatan berkarya dengan teknik yang sama yaitu merintang kain. Teknik membatik merupakan media yang dapat mempresentasikan bentuk yang lebih lentur, rinci, rajin tapi juga mudah. Teknik batik tepat untuk mempresentasikan bentuk – bentuk flora, fauna serta sifat – sifat bentuk rumit lainnya.

Pada batik terdapat ragam hias yang beraneka rupa. Ragam hias batik merupakan ekspresi yang menyatakan keadaan diri dan lingkungan penciptanya. Ragam hias diciptakan atas dasar imajinasi perorangan ataupun kelompok. Hampir secara keseluruhan, ragam hias batik dapat menceritakan tujuan atau harapan perorangan atau kelompok tadi. Apabila ragam hias yang diciptakan dipakai berulang – ulang dan terus – menerus, maka akan menjadi sebuah kebiasaan yang lama kelamaan pula akan terbentuk tradisi dari sekelompok masyarakat tertentu.

Berdasarkan perkembangannya, ragam hias batik sangat dipengaruhi oleh budaya luar sehingga dihasilkan corak batik yang beraneka ragam. Berdasarkan wilayah penyebaran motif pada kain batik dan dilihat juga dari periode perkembangan batik di Indonesia, batik dapat di bagi menjadi dua, yaitu batik pedalaman (klasik) dan batik pesisir. Kedua istilah batik ini tidak hanya berlaku pada masa dahulu, tetapi berlangsung hingga saat ini. Pembeda kedua istilah batik ini terdapat pada cara pembuatannya dan motif atau corak yang ada pada kain batik tersebut.

a.      Batik Pedalaman (Klasik).

Batik pedalaman adalah pengkategorian batik yang berkembang di masa lalu. Dahulu pembatik – pembatik hanya ditemui di daerah pedalaman. Selain itu, juga tidak sembarang orang dapat melakukan proses pembatikan, sehingga jarang dijumpai di lingkungan masyarakat luas.

Pada masa kejayaan kerajaan di Indonesia seperti Majapahit, kain batik hanya ditemui di kalangan raja – raja saja dan hanya petinggi kraton yang boleh mengenakan kain batik. Oleh karena itu, pembatik hanya dapat dijumpai di lingkungan keratin. batik keratin adalah batik yang tumbuh dan berkembang di atas dasar – dasar filsafat kebudayaan Jawa yang mengacu pada nilai – nilai spiritual. batik tersebut terdapat harmonisasi antara alam semesta yang tertib, serasi dan seimbang.

Para pembatik keraton membuat batik dengan cara yang tidak biasa, yaitu menggunakan banyak proses dan ritual pembatikan. Para pembatik kraton ibarat ibadah, suatu seni tinggi yang patuh pada aturan serta arahan arsitokrat jawa. istilah – istilah batik pun mulai dikenal sejak jaman ini dan hampir semuanya menggunakan istilah dalam bahasa jawa. Ragam hias yang diciptakan pun bernuansa kontemplatif, tertib, simetris, bertata warna terbatas seperti hitam, biru tua (wedelan) dan soga / coklat. Ragam hias ini memiliki makna simbolik yang beragam. Oleh karena itu, batik dikenal masyarakat sebagai kebudayaan nenek moyang dari daerah jawa. Batik pedalaman sering disebut juga sebagai batik klasik. hal ini sesuai dengan beberapa alasan diatas. Namun akibat perkembangan masyarakat, maka batik dapat keluar dari kalangan keraton dan menyebar ke seluruh pelosok tanah air, sejalan dengan adanya integrasi budaya.

b.      Batik Pesisir.

Batik pesisir adalah batik yang berkembang di masyarakat yang tinggal di luar benteng keratin, sebagai akibat dari pengaruh budaya daerah di luar Pulau Jawa. Selain itu, adanya pengaruh budaya asing seperti Cina dan India, termasuk agama Hindu dan Budha. hal ini menyebabkan batik tumbuh dengan berbagai corak yang beraneka ragam. Para pembatik daerah pesisir merupakan rakyat jelata yang membatik sebagai pekerjaan sambilan (pengisi waktu luang) yang sangat bebas aturan, tanpa patokan teknis. Oleh sebab itu, ragam hias yang diciptakan cenderung bebas, spontan dan kasar dibandingkan dengan batik keraton.

Para pembatik pesisir lebih menyukai cara – cara yang dapat mengeksplorasi batik seluas – luasnya sehingga banyak ditemui warna – warna yang tidak pernah dijumpai pada batik pedalaman / klasik. warna – warna yang digunakan mengikuti selera masyarakat luas yang bersifat dinamis, seperti merah, biru, hijau, kuning bahkan ada pula yang oranye, ungu dan warna – warna muda lainnya.

Ragam hias pada karya batik Indonesia sangat banyak. Tentunya masing –masing motif memiliki makna sesuai dengan budaya masing – masing daerah. Di bawah ini ditampilkan beberapa motif dengan makna simboliknya.

Motif trumtum, merupakan lambang cinta kasih yang tulus tanpa syarat, abadi dan semakin lama semakin terasa subur berkembang (Tumaruntum). motif bunga dan tumbuhan memiliki makna untuk selalu menjaga kelestarian alam.

a.      Bahan Produksi Batik.

Bahan utama yang digunakan dalam membatik adalah kain katun putih, malam dan pewarna sintetis atau alami.

1.      Kain Putih.

Kain katun putih yang biasa digunakan adalah kain Primissima, kain prima, kain merses, kain sutra, dan katun doby. kain katun lebih mudah menyerap zat warna dengan baik disbanding jenis polyester.

Di bawah ini beberapa contoh kain katun :

a.       Katun primissima.

b.      Katun sutra.

2.      Malam / Lilin.

Lilin yang biasa disebut malam ialah bahan yang dipergunakan untuk membatik. sebelum digunakan, lilin atau malam harus dicairkan terlebih dahulu dengan cara dipanaskan di atas kompor. Malam yang dipergunakan untuk membatik berbeda dengan malam atau lilin biasa.

Malam untuk membatik bersifat cepat menyerap, pada kain tidak mudah copot saat pencelupan, tetapi dapat dengan mudah lepas ketika proses pelorotan Lilin malam dalam proses pembuatan batik tulis berfungsi untuk merintang warna agar tidak masuk ke dalam serat kain di bagian yang tidak dikehendaki. Bagian yang akan diwarnai dibiarkan tidak ditutupi malam.

3.      Zat Pewarna Batik.

Pewarna batik terdapat dua jenis, yaitu pewarna sintetis dan pewarna alami. Pewarna sintetis berbentuk bubuk, penggunaannya harus dilarutkan air terlebih dahulu. Pewarna sintetis untuk batik terdiri dari napthol, indigosol, reaktif, dan frozen. Sedangkan pewarna alami berbentuk padat yang direbus dalam beberapa jam, hingga menghasilkan ekstra zat warna alamnya. Pewarna alami di antaranya kayu secang, kulit manggis, daun indigo dan jelawe.

b.      Alat Produksi Batik.

Peralatan batik terdiri dari berbagai macam, namun yang utama adalah kompor, wajan dan canting

1.      Canting.

Canting adalah alat yang dipakai untuk memindahkan atau mengambil cairan. Canting terdiri dari canting tulis dan canting cap. Canting berfungsi semacam pena, yang di isi lilin malam cair sebagai tintanya.

Canting tulis terdiri dari beberapa cecek (lubang), ada yang terdiri dari satu dengan berbagai ukuran kecil, sedang dan besar. Selain itu, ada yang memiliki cucuk 2 dan 3. Bahkan, perkembangan teknologi telah menggerakkan generasi muda untuk menciptakan canting yang dapat dikendalikan dengan listrik. Canting jenis ini tidak membutuhkan kompor untuk memanaskan malam.

Canting cap adalah alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk sesuai dengan gambar atau motif yang dikehendaki. Motif pada cap cenderung pengulangan. Cap digunakan dengan maksud mengejar harga jual yang lebih murah dan waktu produksi yang lebih cepat. Membatik dengan cap harus dialasi dengan bahan berlapis – lapis yang berisi karung, spon, kain dan plastic. Spon digunakan untuk menampung air, agar alas dalam keadaan lembab, untuk mempercepat kekeringan malam saat di cap ke atas kain. Selain itu, dibutuhkan wajan malam tersendiri yang berukuran bulat dan lebar, yang dapat menampung alat cap yang digunakan.

2.      Kompor.

Kompor adalah alat untuk membuat api untuk memanaskan lilin malam. Kompor yang biasa digunakan adalah kompor dengan bahan bakar minyak. Namun sekarang ini juga telah banyak digunakan kompor jenis listrik dan gas mengingat bahan bakar minyak tanah semakin sulit dicari. Wajan ialah perkakas yang digunakan untuk mencairkan malam. Wajan dibuat dari logam baja atau tanah liat. Wajan sebaiknya bertangkai supaya mudah diangkat dan diturunkan dari perapian tanpa menggunakan alat lain.

Adapun alat lain yang digunakan dalam membatik diantaranya : dingklik, kursi pendek, pemidangan atau gawangan untuk membentangkan kain, bandul timah untuk pemberat kain, pola batik, ember, panci dan wadah penampung limbah malam.

c.       Proses Pembuatan Batik.

Dalam proses pembuatan batik dikenal ada tiga teknik, yaitu teknik cap, teknik tulis serta teknik campuran cap dan tulis. Batik dengan teknik cap diperuntukkan dalam pembuatan batik dengan bentuk pengulangan motif. Motif yang dibuat diperhitungkan dengan ilmu ukur sehingga hasilnya akan sesuai dengan keinginan. Batik cap tidak memerlukan pola di atas kertas. Dengan menggunakan cap, perajin sudah mengetahui secara pasti pola yang akan dihasilkan.

Batik tulis dikerjakan dengan menggunakan canting dalam membentuk gambar awal pada permukaan kain. Bentuk gambar pada batik tulis Nampak lebih luwes dengan ukuran garis motif yang relative bisa lebih kecil dibandingkan dengan batik cap. Meskipun demikian, batik tulis dapat pula dibuat mengulang bentuk. Oleh sebab itu, diperlukan pola yang dibuat pada kertas pola dengan ukuran sebesar kain. Gambar batik tulis bisa dilihat pada kedua sisi kain. Gambar tampak lebih rata (tembus bolak - balik), terutama batik tulis yang halus. Sementara itu, batik dengan teknik campuran cap dan tulis diperuntukkan untuk meningkatkan kuantitas produksi pesanan. Tujuannya agar pekerjaan menjadi lebih cepat dan mudah.    

Proses pembuatan batik tulis terdiri dari berbagai versi sesuai kebiasaan dan kebutuhan perajin di masing – masing daerah. Istilah yang digunakan dalam pembatikan biasanya menggunakan istilah dalam bahasa Jawa. Proses Pembatikan dapat diuraikan sebagai berikut :

1.      Nganji.

Pemberian kanji setelah kain cuci. Kegiatan pemberian kanji dapat dilakukan sesuai keinginan dan kebiasaan.

2.      Ngemplong.

Penghalusan permukaan kain dengan cara dipukul – pukul menggunakan alat pemukul dari kayu agar kain tidak kaku dan mudah menyerap malam dan warna.

3.      Nyungging.

Membuat pola di atas kertas.

4.      Njaplak.

Menjiplak pola dari kertas ke kain.

5.      Nglowong.

Memberi lilin / malam pada kain sesuai pola.

6.      Ngiseni.

Memberi isian motif kedalam pola besar.

7.      Nembok.

Penutupan pada bagian – bagian tertentu dengan malam agar tetap berwarna putih saat dilorot.

8.      Nyolet.

Memberi warna dengan kuas atau kayu dengan ujung spon.

9.      Nyelup.

Memberi warna pada kain dengan pencelupan.

10.  Mopok.

Memberi isian pada latar belakang pola.

11.  Nglorod.

Membuang lilin / malam yang sudah tidak diperlukan lagi agar motif batik terlihat.

12.  Nanahi.

Memberi isian dengan malam pada latar belakang pola.

13.  Selanjutnya dapat dilakukan pencelupan warna terakhir dan pelorotan.

3.      Sulam.

Kegiatan menyulam sudah sejak lama dikenal dalam kehidupan manusia. Bahkan, usia sulaman bisa dikatakan sama dengan ditemukannya pakaian yaitu sejak ribuan tahun silam. Masyarakat di berbagai negara juga telah mengenal sulam ini dengan baik. Bukti – bukti sejarah telah menunjukkan bahwa orang – orang Mesir Purba, Babylon, Phoenica dan Yahudi telah lama mengaplikasi sulaman untuk menghias jubbah mereka.

Sulam biasa disebut juga dengan border, adalah hiasan yang dibuat di permukaan kain atau bahan – bahan lain dengan jarum jahit dan benang. Dahulu, sulam lebih banyak menggunakan bahan dasar benang katun. Saat ini sulam telah dikembangkan dengan pita dan benang nylon yang tebal dan kaku. Kain dan benang yang dipakai untuk sulaman berbeda – beda menurut tempat dan negara. Sejak ribuan tahun yang lalu, kain atau benang dari wol, linen dan sutra sudah dipakai untuk membuat sulaman. Selain benang dari wol, linen dan sutra, sulaman modern menggunakan benang sulam dari katun atau rayon.

Pada umumnya sulaman dengan benang menggunakan beberapa jenis tusuk dasar seperti tusuk, jelujur, tikam jejak, silang, flannel, festoon, rantai, melekat benang, batang dan sebagainya.

Hasil akhir sulaman dapat dibedakan menjadi berikut ini :

a.       Sulam Datar, hasil sulaman rata dengan permukaan kain.

b.      Sulam Terawang (Kerawang), hasil sulaman berlubang – lubang seperti menerawang.

c.       Sulam Timbul, hasil sulaman membentuk tekstur di permukaan kain sesuai motif yang dibuat.

Pada masyarakat Melayu, khususnya masyarakat Sumatera barat, sulaman telah mempengaruhi kehidupan masyarakat kaum perempuan. Perempuan Minang diharuskan memiliki keterampilan menyulam sejak anak – anak sebagai bekal keterampilan di masa datang. Meskipun dikerjakan dengan teknik yang tidak mudah, para perempuan tersebut tidak merasa menjadi beban. Oleh karena itu, di daerah ini banyak berkembang aneka jenis sulaman dengan nama dan gaya pembuatan yang unik dan khas.

Beberapa jenis sulaman yang berkembang kini sebagai berikut :

a.      Sulam Kepala Peniti.

Sulam kepala peniti merupakan sulaman dengan tekstur menyerupai kepala jarum pentul yang berukuran kecil. Di Sumatra Barat, jarum pentul tanpa kepala warna tersebut dinamai Peniti.

b.      Sulam Bayang.

Sulam Bayang merupakan jenis sulaman dengan teknik penempatan kain yang bertindih, kain warna diletakkan pada bagian dalam / bawah kain dasar sedangkan sulaman dilakukan pada bagian atas kain dasar.

c.       Sulam Renda Bangku.

Sulam renda bangku merupakan jenis sulam yang memiliki fungsi sebagai renda baju atau taplak dan lainnya. Dibuat diatas bangku kecil berukuran bulat, maka disebutlah sulaman renda bangku. Benang yang digunakan cenderung halus dan kecil.

d.      Sulam Pita.

Sulam pita menggunakan menggunakan pita – pita dengan berbagai ukuran dan ketebalan yang bervariasi. Sulaman ini menggunakan jarum sulam atau jarum kasur yang memiliki lubang benang dengan ukuran besar.

Jenis – jenis sulam yang masih dilakukan secara turun – temurun oleh masyarakat Sumatra barat adalah jenis sulam kepala peniti, sulam bayang dan sulam renda bangku. Sedangkan sulam rajut, merenda dan sulam pita banyak dilakukan orang di beberapa daerah lain, termasuk masyarakat Jakarta. Para perempuan masa kini sudah mulai merasakan manfaat dari membuat sulaman yaitu kegiatan pengisi waktu luang dan penghilang stress dari rutinitas pekerjaan sehari – hari. Namun tidak hanya sekedar itu saja, kebanyakan orang menyulam karena kecintaannya terhadap kegiatan tersebut. Jika tidak merasakan senang belum tentu pekerjaan dapat selesai dengan baik.

4.      Jahit Aplikasi.

Menjahit adalah sebuah kegiatan menyambungkan dua buah kain dengan menggunakan benang dan jarum. Menjahit selalu  dikatakan identic dengan pekerjaan perempuan. Padahal menjahit banyak juga diminati oleh kaum pria, karena menjahit merupakan kegiatan yang mengasyikkan. bahkan dapat menjadi mata pencaharian. Seperti halnya pekerjaan lain, misalnya polisi, tidak hanya ditekuni kaum pria, namun juga wanita. Penjahit biasanya disebut dengan tailor, meskipun menggunakan bahasa asing, namun istilah tailor ini sudah menjadi familiar di masyarakat kita.

Jahit aplikasi merupakan bagian dari teknik menjahit. Jahit aplikasi adalah tehnik menghias permukaan kain dengan cara menempelkan guntingan kain pada kain yang berbeda warna dengan dasar kain, selanjutnya diselesaikan dengan jahit tangan teknik sulam yang menggunakan tusuk hias festoon. Jahit aplikasi cenderung menghias permukaan benda. sehingga kegiatan jahit aplikasi dapat dikategorikan sebagai kerajinan yang memiliki fungsi hias.

Pada mulanya masyarakat kita mengenal teknik aplikasi dari bangsa Cina. Negara – negara seperti Korea, Jepang, Malaysia, juga menyukai produk jahit aplikasi. Dahulu hiasan yang menjadi aplikasi pada kain sudah diproduksi secara masal dan sangat popular. Dengan adanya variasi bentuk motif aplikasi yang dijual di pasaran, memudahkan masyarakat kita untuk menempelkannya pada benda yang diinginkan. Bentuk – bentuk yang biasa dibuat terbatas pada bentuk yang cenderung disukai banyak wanita, seperti bunga, boneka, buah, tokoh kartun, alat transportasi yang dibuat jenaka dan lain – lain. Cara menjahitnya pun masih sederhana, yaitu hanya dengan ditindih menggunakan mesin jahit pada bagian pinggir motif atau dapat pula menggunakan jarum tangan dengan dijahit tikam jejak atau sulam.

Pada perkembangannya masyarakat kita semakin kreatif. Dengan menggunakan limbah perca, ternyata kita dapat membuat bentuk motif dengan berbagai model. Jenis jahitan yang digunakan juga bervariasi ada yang menggunakan sulam tepi ada pula yang menggunakan tusuk festoon. Selanjutnya dikenalah jenis jahit aplikasi yang merupakan khas Indonesia yaitu menggunakan tusuk festoon. Pengerjaannya pun masih manual yaitu menggunakan jarum tangan. Tentunya prosesnya memakan waktu yang tidak sebentar, namun jahit aplikasi cukup diminati masyarakat sebagai alternative karya yang menghiasi sebuah benda.     

Adapun jenis – jenis jahit aplikasi terdiri dari :

a.      Jahit Aplikasi Standard (Onlay).

Jahit aplikasi standard (onlay) adalah teknik membuat benda kerajinan tekstil yang dikerjakan dengan cara membuat gambar pada kain, kemudian digunting dan ditempel pada lembaran kain kemudian diselesaikan dengan teknik sulam. Fungsi jahit aplikasi adalah untuk menghias permukaan kain.

b.      Jahit Aplikasi Pada Potong Sisip (Inlay).

Jahit aplikasi potong sisip adalah teknik menghias permukaan kain yang dikerjakan dengan melobangi bagian dasar kain yang telah digambari motif sesuai dengan rencana. Kain yang sudah berlubang itu pada bagian belakang ditempel kain yang berbeda warna dan diselesaikan dengan tusuk hias festoon dapat juga dengan mesin border.

c.       Jahit Aplikasi Pada Potong Motif.

Jahit aplikasi potong motif adalah teknik menghias permukaan kain dengan cara memotong motif yang ada pada kain, kemudian ditempel pada permukaan kain. Teknik penyelesaiannya sama dengan jahit aplikasi yang lain.

d.      Jahit Aplikasi Pada Lipat Potong.

Jahit aplikasi lipat potong adalah teknik menghias permukaan kain yang dikerjakan dengan tangan atau mesin. Caranya melipat lembaran kain kemudian dipotong sesuai dengan  rencana sehingga hasilnya simetris kemudian ditempel pada dasr kain dan diselesaikan dengan tusuk festoon. Teknik aplikasi biasanya dikombinasikan dengan sulam datar.

e.       Jahit Aplikasi Pengisian.

Jahit aplikasi dengan pengisian adalah teknik menghias permukaan kain yang dikerjakan secara manual atau mesin. Caranya sama seperti pada jahit tindas, bedanya pada penambahan potongan kain yang berbeda warna. Pengisi susulan dapat juga ditambahkan dengan penambahan renda dan pita penyelesaian sama dengan teknik aplikasi yang lain.

Dengan merujuk keterangan di atas mengenai jenis – jenis jahit aplikasi, apakah kamu telah memahami berbagai cara yang dapat dilakukan dalam membuat produk kerajinan dengan teknik jahit aplikasi tersebut ?. Di bawah ini dipaparkan mengenai alat, bahan dan proses pembuatan jahit aplikasi.

a.      Alat Produksi Jahit Aplikasi.

Dalam pembuatan jahit aplikasi, alat yang dibutuhkan hampir sama dengan jahit pada umumnya. Alat tersebut diantaranya adalah jarum jahit tangan, gunting, jarum pentul, bantalan jarum, tudung jari, alat pemasuk benang, pemidangan, pensil / kapur jahit, cukil / pendedel dan seterika.

1.      Jarum Jahit Tangan dan Jarum Sulam.

Jarum sulam berfungsi untuk membuat berbagai macam tusuk hias yang dikerjakan dengan tangan. Besar kecilnya jarum tergantung pada benang yang digunakan untuk menyulam. Jika menyulam menggunakan benang halus, maka jarum yang digunakan adalah jarum yang kecil, jika menggunakan benang yang besar maka jarum yang digunakan adalah jarum yang berukuran lubang besar.

2.      Gunting.

Gunting yang dibutuhkan untuk membuat sulam meliputi : gunting kain, gunting kertas, gunting benang dan gunting border / sulam.

3.      Jarum Pentul dan Bantalan Jarum.

Jarum pentul digunakan untuk membantu menggabungkan kain satu dengan lainnya agar tidak bergeser dari tempatnya. Bantalan jarum untuk memudahkan kita dalam menempatkan jarum agar rapid an tidak berserakan.

4.      Tudung Jari dan Alat Pemasuk Benang.

Tudung jari digunakan untuk melindungi jari dari tertusuk jarum. Alat pemasuk benang atau biasa disebut saying nenek berfungsi untuk membantu memasukkan benang pada lubang jarum.

5.      Pemidangan.

Pemidangan digunakan untuk meregangkan kain agar permukaan menjadi rata dan licin, sehingga memudahkan pada saat menyulam.

6.      Pensil / Kapur Jahit.

Pensil atau kapur jahit dibutuhkan untuk menggambar pola – pola yang akan dijadikan aplikasi pada kertas dan kain.

7.      Cukil / Pendedel Jahitan.

Cukil / pendedl digunakan untuk membongkar jahitan yang salah.

8.      Seterika.

Seterika digunakan untuk menghaluskan pola – pola aplikasi agar lebih mudah dijahit.

b.      Bahan Produksi Jahit Aplikasi.

Bahan yang biasa digunakan dalam menjahit aplikasi terdiri dari : benang jahit atau sulam, kain bermotif atau polos, dapat pula digunakan kain perca. Saat ini sedang menjemur penggunaan kain felt atau flannel yang memiliki ratusan ragam warna sebagai bahan aplikasi.  

1.      Benang Jahit atau Benang Sulam.

Benang jahit atau sulam yang digunakan banyak warnanya. Kita dapat memilih penggunaan jenis benang dan warna yang diinginkan sesuai dengan warna bahan.

2.      Kain Bermotif atau Polos dan Kain Felt.

Kain bermotif atau polos digunakan sebagai pola aplikasi. Pemakaiannya disesuaikan dengan warna dasar kain. Kain felt memiliki tekstur yang lembut dan agak tebal. Warnanya pun sangat menarik untuk digunakan sebagai bahan aplikasi. Banyak orang memilih bahan felt untuk membuat produk aplikasi pada kain.

c.       Proses Pembuatan Jahit Aplikasi. 

Pada bagian ini dipelajari bagaimana membuat aplikasi jahit dengan bentuk bantal hias sederhana. saat membuat aplikasi tentukan dahulu apakah hiasan permukaan yang digunakan adalah untuk memperindah sebuah bantal yang sudah ada atau memang sengaja dibuat sedemikian rupa untuk dihasilkan benda yang diinginkan. dengan demikian, akan diketahui dari mana kita harus memulai bekerja.

D.    Kemasan Produk Kerajinan Tekstil.

Kemasan merupakan sentuhan akhir dari sebuah proses. Pada karya modifikasi kerajinan dari bahan limbah organic, yang perlu diperhatikan adalah ukuran dari karya. Tidak semua karya kerajinan dapat dibuat kemasan, terkadang karena ukurannya sangat besar karya tidak bisa dibuat kemasan. Oleh sebab itu, kemasan dapat dilakukan pada karya – karya yang berukuran kecil hingga sedang, yang mudah dibawa. Tetaplah mengikuti prinsip bahwa semua bergantung kepada cocok tidaknya sebuah produk pada kemasannya. Perlu diingat keempat fungsi kemasan yang telah dibahas pada bagian terdahulu. Prinsip desain berkelanjutan tetap terus menjadi prioritas, meskipun yang dibuat adalah kemasan, perlu dipikirkan agar kemasan tidak langsung dibuang namun dapat digunakan untuk fungsi lain oleh konsumen. Dengan demikian, penting untuk memikirkan bentuk kemasan yang menarik untuk dibuat.

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Macam-macam jenis jaringan komputer

KERAJINAN FUNGSI PAKAI

Prinsip Kelistrikan dan Sistem Instalasi Listrik